Carito Warna-Warni Budaya Sawahlunto

Stories of Sawahlunto's Cultural Diversity

(tekan untuk informasi lebih lanjut/ click arrow for more information)

Sebagai hasil interaksi selama beberapa dekade antara penambang dan pedagang dari berbagai kelompok etnis di seluruh nusantara, Sawahlunto telah berkembang menjadi kota yang beragam, terbuka, dan multikultural dengan bahasa dan tradisi budaya yang unik. Salah satunya adalah Bahasa Tangsi yang telah diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

Dalam rekaman sejarah lisan ini, Bapak Sajiman, pelestari kesenian dan kebudayaan Jawa, Ibu Eng, pegiat Bahasa Tangsi, Ibu Liu Hang Lun Nio (Ni Lun), keturunan peranakan Tionghoa,  Ibu Refmainur, warga Tangsi dari suku Minang, dan Bapak Lamhot Sihotang, warga Tangsi juga dari Suku Batak, berbagi cerita mereka. 

As a result of interactions over several decades between miners and traders from various ethnic groups across the archipelago, Sawahlunto has developed into a diverse, accepting, and multicultural city with unique language and cultural traditions. This includes the Tangsi language, which has been recognized as Indonesia’s intangible cultural heritage.

In these oral history recordings, Bapak Sajiman, Javanese arts and culture practitioner, Ibu Eng, advocate for the Tangsi language, Ibu Liu Hang Lun Nio, descendent of Chinese-Sawahlunto family, Ibu Refmainur, descendent of Minang, and Bapak Lamhot Sihotang, Batak descendent, share their stories.

Sajiman

Seni & Budaya Jawa di Sawahlunto

Ni Lun, Refmainur & Lamhot

Warna-Warni Budaya Sawahlunto

Elfisawati & Nono Muma

Bahasa Tangsi Sawahlunto