Carito Orang Rantai dan Keturunannya 

The Story of the Chained People and Their Descendants

(tekan untuk informasi lebih lanjut/ click arrow for more information)

Pada masa kolonial, orang-orang dari penjuru nusantara dibawa untuk bekerja di tambang batu bara Sawahlunto. Sering kali, para pekerja ini dirantai dan dilucuti kemanusiaannya, diberi nomor alih-alih nama. Orang-orang yang dirantai bukan hanya 'penjahat' tetapi korban dari sistem kolonial yang keras. Terlepas dari kesulitan yang mereka hadapi, orang-orang ini berjuang untuk membuat kehidupan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Tema ini menyoroti kisah mereka melalui pengalaman keturunan mereka.

Dalam rekaman sejarah lisan ini, Ibu Suryati, seorang putri Orang Rantai, dan Bapak H. Tukino, keponakan Orang Rantai, berbagi cerita mereka. Tonton juga video Bapak Roni Hendro Susilo yang berbagi cerita tentang penemuan rantai tahanan.

During the colonial period, people from across the archipelago were brought to work in the coal mines of Sawahlunto. These workers were often placed in chains and stripped of their humanity, given numbers instead of names. The chained people were not just 'criminals' but victims of a harsh colonial system. Despite the difficulties they faced, these individuals struggled to make a better life for themselves and their families. This theme sheds light on their stories through the experiences of their descendants.

In this oral history recording, Ibu Suryati, the daughter of a ‘chained person’, and Bapak H. Tukino, the nephew of a ‘chained person’, share their experiences.

Suryati & H. Tukino

Carito Orang Rantai dan Keturunannya

Roni Hendro Susilo

Penemuan Rantai Tahanan